Minggu, 14 Juni 2009 | 20.15 WIB BERDIKARI ONLINE, LAMPUNG : Menjelang PILPRES 2009, gelombang penolakan terhadap capres dan cawapres pro-neolib berlangsung di sejumlah daerah. Pagi tadi, minggu (14/6), puluhan massa dari Sukarelawan Perjuangan rakyat Untuk pembebasan Tanah Air (SPARTAN) menggelar aksi rally keliling melalui rute Masjid Taqwa, Bundaran Gajah, Mall kartini Bandar lampung.
Dalam aksinya, mereka menyerukan kepada masyarakat miskin, mahasiswa, petani, nelayan, pengusaha dan seluruh elemen masyarakat untuk tidak memilih capres-cawapres yang pro terhadap kepentingan asing.
Koordinator SPARTAN Lampung Dona Sorenty Moza mengatakan, neoliberalisme merupakan istilah yang dapat disepadankan dengan istilah kolonialisme atau penjajahan. Hanya saja, menurutnya, proses penjajahan neolib jauh lebih modern, lebih canggih, dan lebih halus, tapi dampaknya jauh lebih mengerikan dibanding era penjajahan di masa lalu. “Kalau dulu kolonialisme hanya merampok hasil bumi dan kekayaan alam kita, maka sekarang neoliberalisme merampok seluruh kehidupan kita, termasuk hak kesehatan, pendidikan, dan sebagainya,” paparnya. Akibatnya, lanjut Dona, neoliberalisme hanya mengkonsentrasikan kekayaan dan sumber daya pada segelintir tangan, terutama perusahaan asing dan segelintir kaki tangannya di dalam negeri. “mayoritas rakyat Indonesia menjadi korban dari kebijakan neoliberal,” ungkapnya.
Dalam aksinya, mereka menuntut para capres dan cawapres yang mengaku anti-neolib untuk mempertegas demarkasi dengan kubu neolib. Untuk itu, mereka menuntut supaya para capres dan cawapres itu memperjuangkan tri-panji persatuan nasional; nasionalisasi Industri pertambangan, penghapusan utang luar negeri, dan industrialisasi nasional untuk kesejahteraan rakyat. “Rakyat sebetulnya membutuhkan program anti neolib yang konkret dan konsisten,” tegasnya |
No comments:
Post a Comment